Sabtu, 22 Oktober 2011

PENELITIAN PRAGMATIK TERKAIT TINDAK TUTUR PERMINTAAN

 A.    Purwawacana
Apa itu bahasa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya jika kita memperhatikan beberapa pengertian bahasa tersebut berdasarkan  pengertian umum dengan melihat kamus umum, sebagai istilah linguistik dengan melihat kamus linguistik, dan menyimak aneka pendapat para ahli dari latar belakang yang berbeda. Dalam kamus umum, dalam hal ini Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990: 66) bahasa diartikan sebagai  sistem lambang bunyi  berartikulasi  yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional  yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Kamus Webster mendefinisikan bahasa sebagai A systematic means of communication ideas or feeling by the use of communication sign, sounds, gestures, or mark having understood meanings.
Dari dua makna umum tentang bahasa di atas,  ada persamaan yang jelas. Persamaan itu adalah bahwa bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi antarmanusia untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara, gestur (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan.
Sebagai sebuah istilah dalam linguistik, Kridalaksana (1993:21) mengartikannya sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat  untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Pei dan Gaynor (1975:119) mengatakan bahwa bahasa adalah A system of communication by sound, i.e., through the organs of speech and hearing, among human beings of certain group or community, using vocal symbols possessing arbitrary conventional meaning.Dari pandangan ahli linguistik seperti Kridalaksana, Pei, dan Gaynor di atas, bahasa ditekankan sebagai sebuah sistem lambang. Istilah sistem mengandung makna adanya keteraturan dan adanya unsur-unsur pembentuk.
Jalaludin Rakhmat (1992:269), seorang pakar komunikasi, melihat bahasa dari dua sisi yaitu sisi formal dan fungsional.  Secara formal,  bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dibuat menurut tatabahasa. Sedangkan secara fungsional, bahasa diartikan  sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Definisi yang diajukan Rakhmat ini tampak mencoba merangkum pengertian umum dengan pendapat linguis. Istilah sisi formal yang dikemukakan Rakhmat mirip dengan istilah sistem, sedangkan sisi fungsional  sejalan dengan bahasa sebagai alat komunikasi. 
Pemahaman bahwa bahasa sebagai alat komunikasi, juga didukung oleh seorang sosiolinguis bernama Ronald Wardhaugh. Ia menyatakan bahwa bahasa adalah A System of aribtrary vocal symbols used for human communication
Penggambaran yang lebih luas tentang bahasa pernah disampaikan oleh bapak linguistik modern, Ferdinan de Saussure. Ia menjelaskan bahasa dengan menggunakan tiga istilah yaitu langage,Langue, dan parole. Ketiga istilah dari bahasa Prancis itu dalam bahasa Indonesia dipadankan dengan satu istilah saja yaitu ‘bahasa’.Langage adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal. Langage ini bersifat abstrak.  Istilah langue mengacu pada sistem lambang bunyi tertentu yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat tertentu. Sedangkan parole adalah bentuk konkret langue yang digunakan dalam bentuk ujaran atau tuturan oleh anggota masyarakat dengan sesamanya (Chaer, 1995:39-40; Chambers, 1995:25; Verhaar, 1981:1).
Definisi lain tentang bahasa, antara lain bisa kita dapat dari Finochiaro. Meskipun tidak terlalu berbeda dengan definisi-definisi di atas, ia  memasukkan kaitan  bahasa sebagai bentuk budaya. Ia menyatakan  bahwa  Language is a system of arbitrary, vocal sumbols which permits all peaple in a given culture, or other peaple who have learned the system of  the culture, to communicate or to interact.
Dari sudut pandang psikologi, karena bahasa itu sebuah sistem simbol terstruktur, maka bahasa bisa dipakai sebagai alat berpikir, merenung, bahkan untuk memahami segala sesuatu. De Vito menyatakan bahwa bahasa adalah  A potentially self-reflective, structired system of symbols which catalog the objects, events, and relation in the world .
Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi. Jika fungsi itu dikaitkan dengan budaya maka bahasa berfungsi sebagai sebagai sarana  perkembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan. Jika dikaitkan dengan kehidupan sosial, maka bahasa berfungsi sebagai bahasa nasional, yaitu lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas bangsa, alat pemersatu, dan alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. Sebagai bahasa kelompok, bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan interaksi sehari-hari dalam kelompok itu. Dari sisi perorangan, bahasa memiliki fungsi instrumental, menyuruh (regulatory), kepribadian, pemecahan masalah, dan khayal.
Masalah umum di dalam teori pemakaian bahasa, memungkinkan membangun minat yang paling luas dalam tindak ujar. Para psikolog, sebagai contoh mengusulkan untuk mengadakan konsep yang mendasari tindak ujar sebagai suatu syarat untuk pengadaan bahasa secara umum. (Bruner, 1975., Bates, 1976). Para filosofis sudah melihat aplikasi potensial mengenai sesuatu hal yaitu estetika (Searle 1969: 8), para ahli bahasa lain sudah melihat beberapa masalah tindak ujar yang dapat digunakan dalam sintaksis, semantik, pragmatik. Pragmatik harus meliputi minat bahasa yang besar yang merupakan subjeknya.
Telaah mengenai bagaimana cara kita melakukan sesuatu dengan memanfaatkan kalimat-kalimat adalah telaah mengenai tindak ujar. Dalam menelaah tindak ujar, kita harus menyadari benar-benar betapa pentingnya konteks ucapan/ungkapan.Adanya kesalahan-kesalahan berbahasa dikarenakan kekurangpahaman mereka akan cara berbahasa yang baik dan benar.

B.     KonsepDasarPenelitian Pragmatik
Belajar pragmatik pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran pragmatik diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Seorang filosof dan ahli logika Carnap (1938) menjelaskan bahwa pragmatik mempelajari konsep-konsep abstrak. Pragmatik mempelajari hubungan konsep yang merupakan tanda. Selanjutnya Montague mengatakan bahwa pragmatik adalah studi mengenai „idexical“ atau „deictic“. Dalam pengertian ini pragmatik berkaitan dengan teori rujukan atau deiksis, yaitu pemakaian bahasa yang menunjuk pada rujukan tertentu menurut pemakaiannya. Pragmatik merupakan salah satu bidang kajian linguistik, bidang yang merupakan penelitian bagi para ahli bahasa. Pragmatik yang dimaksud sebagai bahan pengajaran bahasa atau yang disebut fungsi komunikatif, biasanya disajikan dalam ajaran bahasa asing.
Levinson (1983) dalam bukunya yang berjudul Pragmatics, memberikan beberapa batasan tentang pragmatik. Beberapa batasan yang dikemukakan Levinson antara lain mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Dalam batasan ini berarti untuk memahami pemakaian bahasa kita dituntut memahami pula konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut. Batasan lain yang dikemukakan Levinson mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu.
Suatu penelitian dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang ingin dicapai dengan metode-metode ilmiah secara objektif dan bukan subjektif. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, metode ilmiah harus digunakan sebagai cara dalam mencapai tujuan. Kurun pemecahan masalah penelitian meliputi beberapa tahapan, yaitu tahapan penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian analisis data. Data dalam penelitian pragmatic berupa tuturan dalam bentuk lisan maupun tertulis pada konteks tertentu.

C.    RancanganPenelitianPragmatikterkaitRealisasiTindakTuturPermintaan
Data dalam penelitian data diperoleh dari berbagai sumber yang disebut sumber data. Sumber data dalam kajian linguistic menurut sifatnya dapat bersifat lisan dan tulis. Dalam penelitian pragmatic sumber data lisan yaitu tuturan yang dipergunakan oleh penutur dan lawan tutur ketika berdialog, berinteraksi, dan berkomunikasi yang dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari. Sumber data lisan yang tidak alami dapat diperoleh dari film.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, ada tiga macam metode menurut tahapannya yaitu (1) metode pengumpulan data, (2) metode analisis data, dan (3) metode penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yang bersumber pada data lisan adalah metode simak yang dilanjutkan dengan teknik rekam dan catat. Metode simak adalah metode pengumpulan data oleh seorang peneliti dengan cara menyimak penggunaan bahasa, biasanya dilanjutkan dengan teknik rekam dan catat. Sebagai contoh, apabila kita hendak melakukan penelitian mengenai pragmatic terkait realisasi tindak tutur permintaan, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.
Pertama, apa yang menjadi tujuan penelitian? Tujuan penelitian ini terkait dengan hasil yang akan kita dapatkan dalam penelitian. Pada hakikatnya, penelitian ini dilakukan untuk mengenal sifat-sifat khas seseorang terkait dengan budayanya. Terdapat dua kaidah yang paling menentukan pada pola pergaulan dalam masyarakat, (1) dalam setiap situasi manusia hendaknya bersikap dan berbahasa sopan sehingga tidak menimbulkan konflik, (2)menuntut agar manusia dalam berbicara dan membawa diri selalu menunjukkan sikap sopan dan hormat terhadap orang lain sesuai dengan derajat dan kedudukannya.
Kedua, bagaimana cara mengumpulkan datanya?, dalam penelitian seperti ini, teknik simak dan tes melengkapi wacana (TMW) atau discourse completion testdapat digunakan dalam mengumpulkan data dalam jumlah banyak karena penyediaan data secara alami untuk kajian pragmatic cukup sulit dan memerlukan rentang waktu yang lama. TMW dapat dibuat dengan instrument seperti kuesioner dan metode simak.
Ketiga, bagaimana prosedur pelaksanaan penelitiannya? Penelitian mengenai tuturan permintaan ini berasal dari observasi fenomena kebahasaan, yaitu penggunaan bahasa oleh si penutur. Fenomena kebahasaan ini berupa realita bahwa kecenderungan tuturan dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan perwujudan tuturan sangat dipengaruhi oleh perbedaan usia serta tingkat kenal penutur dan lawan tuturnya. Dengan demikian prosedur penelitian dapat diurutkan sebagai berikut.
  1. Menggali, mengkaji, dan mendalami sifat khas penutur terkait dengan kesopanan berbahasa.
  2. Menggali, mengkaji, dan mendalami kajian teoretis kesopanan berbahasa.
  3. Mengumpulkan data lisan maupun tulis tuturan dari sumber data. Data lisan direkam dan dicatat dari tuturan langsung dengan konteks yang jelas, sedangkan data tulisdiambil dari tes melengkapi wacana.
 
D.    Mengubah Data menjadiKorpus Data
Kesulitan yang biasa dihadapi peneliti pemula adalah pada tahap penyajian data dan mengubah data menjadi korpus data. Berikut ini adalah contoh penyajian data dan pengubahan data menjadi korpus data.
1)      Mentranskripsikan data rekaman
2)      Menerjemahkan hasil rekaman yang berbahasa daerah (jikaada)
3)      Mendeskripsikan karakteristik penggunaan bahasa dari masing-masing data
4)      Menariksimpulan
Data yang dikumpulkan tersebut apabila diubah menjadi korpus data dapat berbentuk seperti berikut.
DATA 1

1.        Lokasi Percakapan                         :………………………………
2.        Suasana Percakapan                       :………………………………
3.        Keadaan emosi percakapan            :………………………………
4.        Identitas Penutur
Gender                              :………………………………
Umur                                 :………………………………
Pekerjaan                          :………………………………
Domisili                             :………………………………
Daerah Asal                      :………………………………
Bahasa sehari-hari             :………………………………
5.        Identitas Lawan tutur
Gender                              :………………………………
Umur                                 :………………………………
Pekerjaan                          :………………………………
Domisili                             :………………………………
Daerah Asal                      :………………………………
Bahasa sehari-hari             :………………………………
6.        Hubungan Penutur dan LawanTutur            :…………………………………..

TUTURAN 1
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………

Konteks:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………


E.     PustakaRujukan
Degeng, I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI
Holden, Jolly T. Westfall, Phillip J. 2009. An Instructional Media Selection Guide for Distance Learning-Implications for Blended Learning featuring an Introduction to Virtual World. United States of America: USDLA
Lee, Kwuang-wu. 2000. English Teachers’ Barriers to the Use of Computer-assisted Language Learning. The Internet TESL Journal, Vol. VI, No. 12, December 2000.
Rosenberg, Marc Jeffrey. 2001. E-learning : Strategies for Delivering Knowledge in the Digital Age (ebook version). New York: McGraw-Hill Professional.
Rosen, Anita. 2009. E-learning 2.0 : Proven Practices and Emerging Technologies to Achieve Results. New York: American Management Association.
Wallington, C.J. 1996. Media production: Production of Still Media. Plomp, T., & Ely, D.P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition. New York: Elsevier Science, Inc.
Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar