VERBALISASI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SD KELAS RENDAH
(Kajian Konteks Pembelajaran Sastra dengan Pengembangan Karakter)
Tujuan pendidikan dasar pada hakikatnya adalah untuk membentuk setiap peserta didik berakhlak mulia, bertanggung jawab dan menjadi bangsa yang bermartabat dalam peaksanaannya tentu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, aktif, kratif, dan inovatif. Tujuan pendidkan budaya dan karakter bangsa di antaranya:
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). (Depdiknas, 2010)
Keterkaitan yang nyata antara tujuan pendidikan nasional dengan tujuan pendidikan karakter dan budaya bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa dala pembelajaran sastra di kelas rendah sudah terinternalisasi, sehingga pendidikan karekter sudah menjiwai pembelajaran sastra.
Subjek dan objek pembelajaran bahasa dan sastra di kelas rendah adalah anak kecil. Kelas Rendah adalah siswa yang berada di kelas I, II dan III. Siswa yang terkategori kelas rendah merupakan subjek yang perlu mendapatkan perhatian sejak dini. Usia mereka berada pada rentangan usia enam sampai sembilan tahun. Pada fase usia ini, hampir seluruh aspek perkembangan kecerdasan sedang tumbuh dan berkembang, biasanya tingkat perkembangan pada anak merupakan suatu kesatuan yang utuh dan hanya mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Begitu pula pada proses pembelajaran, umumnya mereka masih bergantung pada objek-objek yang bersifat konkret dan pengalaman yang dialaminya secara langsung. Dunia anak-anak yang penuh dengan kegembiraan merupakan salah satu aspek penting untuk dipertimbang dalam memilih pembelajaran yang cocok diberikan kepada mereka. Bentuk-bentuk kegiatan belajar di kelas rendah mencakup kegiatan menggunakan panca indra (mendengar, melihat, meraba, mencium bau), menggunakan anggota badan (menggerakan tangan, kaki, kepala), melakukan kegiatan mental (memahami, bersikap, berperilaku) dan kegiatan kombinasi semuanya seperti menari dan bernyanyi.
Pembelajaran sastra yang cocok diberikan di kelas renah adalah pembelajaran yang mengembangkan bukan saja menyangkut ranah kognitif, apektif, dan psikomotor. Akan tetapi pembelajaran yang dapat mengembangkan karakter mereka melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Melalui karya sastra pemahaman nilai-nilai dan pengetahuan lain yang belum pernah diketahui oleh anak-anak,akan dengan mudah diinternalisasi anak. Misalnya pengetahuan bagaimana sebaiknya mereka berinteraksi dengan sesama. Secara tidak langsung, karya sastra dapat dijadikan refleksi kehidupan anak-anak. Karena melalui karya sastra mereka dapat mencurahkan pengalaman hidup mereka dan pada akhirnya mereka dapat menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan kurikulum 2004 (Depdiknas, 2004: 5) hakikat pembelajaran sastra secara umum bertujuan agar (1) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. (2) Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya intelektual manusia Indonesia.
Tiga sifat kegiatan belajar di kelas rendah (kreatif, proaktif, dan interaktif), yang perlu dibina dan dikembangkan secara proporsional sesuai dengan konteks melalui pembelajaran sastra. Suasana kelas di kelas-kelas rendah perlu dikembangkan lebih mengarah pada bentuk suasana integratif yang ditandai oleh tingginya intensitas dan luasnya keterlibatan siswa.
Pembelajaran sastra sebagai bagian dalam pembelajaran bahasa Indonesia memiliki tujuan agar siswa mengharai cipta karsa bangsa Indonesia. Tujuan pendidika nasional mengisyaratkan bahwa setiap individu bangsa Indonesia melalui pembelajaran sastra diharapkan menjadi bangsa yang bermartabat dan berakhlak mulia.
Karya sastra yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai produk bangsanya tentunya memiliki nilai-nilai luhur sebagai jati diri bangsa. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra menjadi sarana pengembangan dan pembangunan karakter. Nilai-nilai karakter dalam karya sastra bersifat universal. Untuk itu, nilai-nalai tsb. dapat bersumber pada nilai-nilai agama, budaya, dan dalam konteks etika sosial bangsa Indonesia yan bermatabat dalam pandangan Pancasila. Nilai-nilai yang dapat dipetik dari pembelajaran sastra melalui:
1. Menanamkan moralitas, tradisi etik, dan patriotisme
2. Membangkitkan kepekaan
3. Meningkatkan kesadaran afektif, sosial, dan religious
4. Meningkatkan kreativitas dan kualias kepribadian
Pendidikan karakter memiliki “konsep yang diterapkan dan dibiasakan. Meskipun demikian dalam ranah pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pendidikan karakter harus menjadi landasan dalam membangun kesadaran, menumbuhkan kepekaan, wawasan, pengetahuan, keyakinan, sikap, dan pembentukan kebiasaan baik” (Mulyana, 2011)
Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra sebagai verbalisasi pengembangan dan pembangunan karakter dapat membantu anak untuk mengembangkan pengetahuan mereka. Akan tetapi, melalui nilai-nilai tersebut dapat membanu anak untuk:
1. Memahami dunia
Melalui karya sastra anak-anak dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka sesuai dengan pemikiran mereka. Dengan catatan karya sastra yang benar-benar diperuntukkan bagi anak-anak seusia mereka. Contoh karya sastra yang benar-benar diperuntukan bagi anak-anak adalah karya sastra yang bertemakan “persahabatan”.
2. Membentuk sikap positif,
Karya sastra dapat membantu kita membentuk dan menanamkan sikap-sikap positif:
a. Kesadaran akan harga diri (self-esteem). Dari cerita tokoh dalam karya sastra, anak-anak dapat mengambil pengetahuan bagaimana sikap tokoh-tokoh idola mereka, dan pada masa ini anak-anak selalu ingin menjadi seperti tokoh itu, dan dari sinilah anak dapat menemukan dirinya, mengenal pribadi yang ia idolakan.
b. Toleransi terhadap orang. Melalui karya sastra, anak-anak dapat melihat bagaimana tokoh-tokoh dalam cerita (sastra) berinteraksi, dan dengan bimbingan kita anak-anak dapat mengetahui dan memahami tentang bagaimana cara menyesuaikan diri dengan yang lain.
c. Keingintahuan tentang hidup
d. Menyadari hubungan yang manusia.
1. Memasukkan pendidikan karakter ke dalam komponen-komponen pembelajaran sastra
Aspek-aspek yaitu tujuan instruksional meliputi kompetensi dasar, standar kompetensi, dan materi pokok. Pendidikan karakter tergambarkan berada pada tataran indicator hasil belajar yang daplikasikan darai kompetensi dasar.
VERBALISASI KOMPETENSI DASAR DENGAN INDIKATOR KARAKTER
Kelas I, Semester I
Indikator Karakter | Kompetensi Dasar |
1. Menanamkan moralitas, tradisi etik, dan patriotism 2. Membangkitkan kepekaan 3. Meningkatkan kesadaran afektif, sosial, dan religius 4. Meningkatkan kreativitas dan kualias kepribadian | 1. Melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana. 2. Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita yang didengar 3. Menyebutkan tokoh cerita dengan kalimat sederhana dan bahasa 4. Mendeskripsikan tokoh cerita dengan kalimat yang sederhana. 5. Mendeklamasikan puisi anak dengan lafal dan intonasi yang sesuai 6. Menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf. 7. Menyalin puisi anak sederhana dengan huruf lepas. |
Kelas I, Semester 2
Indikator Karakter | Kompetensi Dasar |
1. Menanamkan moralitas, tradisi etik, dan patriotism 2. Membangkitkan kepekaan 3. Meningkatkan kesadaran afektif, sosial, dan religius 4. Meningkatkan kreativitas dan kualias kepribadian | 1. Menyebutkan isi dongeng 2. Melakukan percakapan sederhana dengan menggunakan kalimat atau kosakata yang sudah dikuasai sesuai tentang isi dongeng 3. Menyampaikan rasa suka atau tidak suka tentang isi dongeng 4. Memerankan tokoh dongeng atau cerita rakyat yang disukai dengan ekspresi yang sesuai 5. Membaca puisi anak yang terdiri atas 2-4 baris dengan lafal dan intonasi yang tepat 6. Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung |
Kelas II, Semaester 1
Indikator Karakter | Kompetensi Dasar |
1. enanamkan moralitas, tradisi etik, dan patriotism 2. Membangkitkan kepekaan 3. Meningkatkan kesadaran afektif, sosial, dan religius 4. Meningkatkan kreativitas dan kualias kepribadian | 1. Menyebutkan kembali dengan kata-kata atau kalimat sendiri isi teks pendek 2. Mendeskripsikan isi puisi 3. Bertanya kepada guru dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan santun berbahasa 4. Menceritakan kegiatan sehari-hari dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain 5. Mendeklamasikan puisi dengan ekspresi yang tepat 6. Menjelaskan isi puisi anak yang dibaca 7. Melengkapi cerita sederhana dengan kata yang tepat |
Kelas II, Semester 2
Indikator karakter | Kompetensi Dasar |
1. Menanamkan moralitas, tradisi etik, dan patriotism 2. Membangkitkan kepekaan 3. Meningkatkan kesadaran afektif, sosial, dan religius 4. Meningkatkan kreativitas dan kualias kepribadian | 1. Menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya 2. Menceritakan kembali cerita anak yang didengarkan dengan menggunakan kata-kata sendiri 3. Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat 4. Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat) yang dibaca dalam hati 5. Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung yang rapi |
Kelas III, Semester 1
Indikator karakter | Kompetensi Dasar |
1. Menanamkan moralitas, tradisi etik, dan patriotism 2. Membangkitkan kepekaan 3. Meningkatkan kesadaran afektif, sosial, dan religius 4. Meningkatkan kreativitas dan kualias kepribadian | 1. Melakukan sesuatu berdasarkan penjelasan yang disampaikan secara lisan 2. Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan 3. Memberikan tanggapan dan saran sederhana terhadap suatu masalah dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan klata yang tepat 4. Menceritakan isi dongeng yang dibaca 5. Melengkapi puisi anak berdasarkan gambar 6. Menirukan dialog dengan ekspresi yang tepat dari pembacaan teks drama anak yang didengarnya 7. Menceritakan kembali isi teks drama dan bermain peran 8. Menirukan pembacaan pantun dengan lafal dan intonasi secara tepat 9. Mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya |
Kelas III, Semester 2
Indikator karakter | Kompetensi Dasar |
1. Menanamkan moralitas, tradisi etik, dan patriotism 2. Membangkitkan kepekaan 3. Meningkatkan kesadaran afektif, sosial, dan religius 4. Meningkatkan kreativitas dan kualias kepribadian | 1. Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh tema, latar, amanat) yang dibacakan 2. Menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan 3. Memerankan tokoh dongeng atau cerita rakyat yang disukai dengan ekspresi yang sesuai 4. Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi tepat 5. Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat 6. Mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, dan amanat) dari teks drama anak 7. Melengkapi cerita sederhana dengan kata yang tepat 8. Melengkapi bagian cerita yang hilang (rumpang) dengan menggunakan kata/kalimat yang tepat sehingga menjadi cerita yang padu 9. Membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan, dll.) sesuai dengan cirri-ciri pantun 10. Menulis dialog sederhana antara dua atau tiga tokoh dengan memperhatikan isi serta perannya 11 Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap memperhatikan makna puisi |
Karakteristik dan Implikasi untuk perkembangan anak
Perkembangan Kofnitif
No | KARAKTERISTIK | IMPLIKASI |
1. 2. 3. 4. 5. | Anak belajar membaca : mereka senang membaca buku-buku yang mudah dan menunjukan kemamapuan barunya. Mereka belajar menulis dan menyenangi cerita kreasi mereka sendiri. Jangjauan perhatian bertambah, dan anak-anak menyenangi cerita yang lebih panjang dari pada ketika mereka berusia lima tahun. Anak-anak dibawah tujuh tahun masih berpandangan dekat dan belajar terus tentang situasi nyata. Suatu waktu umur mereka tepat pada tingkat yang disebut Piaget sebagai operasional konkret. | Menyediakan buku-buku yang mudah dibaca, dapat mengembangkan keterampilan anak-anak. Memberi kesempatan kapada anak-anak untuk menulis, menghias dan memperlihatkan buku gambar mereka. Merka senang mendengarkan cerita panjang. Mereka mulai menyukai cerita panjang, bila tiap babnya dilengkapi dengan waktu cerita. Menyediakan pengalaman dengan memberi kesempatan untuk melihat, berdiskusi, dan membuktikan informasi. Anak-anak dapat dikembanggkan kearah susunan baru, berupa aturan pengelompokan. Mereka tidak dapat melihat seluruh objek, tetapi dapat memahami hubungan diantaraya. |
Perkembangan Pribadi
No | KARAKTERISTIK | IMPLIKASI |
1. 2. | Usia enam tahun tidak memiliki keseimbangan emosi seperti usia lima tahun. Mereka lebih tegang, bisa jadi menyerang balik guru atau orang lain. Anak-anak meminta kebebasan, tetapi memerlukan ketenangan dan keamanan dari orang tua. | Bantu anak-anak menemukan jalan yang layak untuk mangatasi ketegangan mereka. Baca cerita untuk melukiskan bagaimana anak lain mangatasi ketegangannya. Menyediakan kesempatan bagi mereka untuk menunjukan kebebasan, beri mereka kesempatan untu memilih buku dan kegiatan yang tersedia. |
Perkembangan Sosial
No | KARAKTERISTIK | IMPLIKASI |
1. 2. 3. 4. 5. 6. | Anak-anak akan menentang orang tua ketika berada dibawah tekanan. Mereka ingin bermain dengan anak-analain seringkali , tetapi menuntut. Nak-anak merespon terhadap bantuan atau puji guru. Mereka mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka menikmati tetap duduk dan mendengarkan cerita dibacakan di sekolah, dirumah, dll Anak-anak memiliki pikiran yang teguh tentang benar atau salah. Mereka ingin tahu tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan. | Berdasaarkan hati mereka agar kesensitifannya tersalur ke dalam kegiatan yang lebih bermanpaat. Berdasarkan hati anak dengan member kesempatan untuk berperan dalam memecahkan masalah. Izinkan mereka untuk bekrja dan mendapat pujian. Pujilah cara mereka membaca, dan berilah mereka buku-buku. Sering menyediakan waktu untuk bercerita dan membaca. Perkenalkan mereka pada nilai-nilai kebiasaan dan standar tingkah laku melalui orang tua mereka. Beri mereka buku yang dapat membantu menjawab pertanyaannya. |
Daftar Fustaka
Bakar, Zulfa, M.Pd dkk. (1908). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Penidikan Indonesia Kampus Cibiru.
Zuchdi, D dan Budiasih. (1996). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hatikah, Tika dkk. (2004). Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Supriyadi. Drs. Dkk. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 2 modul 1-6. Jakarta : Departemen Pendidkan dan Kebudayaan.
Supriyadi. Drs. Dkk. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 2 modul 7-12. Jakarta : Departemen Pendidkan dan Kebudayaan.
Husen, Drs. H. Akhlan dan Drs. Rahman, M.Pd. 1996. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
BAKAR, Dra. Hj. Zulfa, M.Pd., Dra. Ernalis, M,Pd. Dan Dra. Charlotte A. Harun, M.Pd. 2008. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru.
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=263
Tidak ada komentar:
Posting Komentar